Preview Manchester United vs Marseille: Faktor Duo El Comandante 'Didier Dechamps-Lucho Gonzalez'. Olympique Marseille tercatat dalam sejarah Liga Champion. Marseille adalah klub pertama yang menjuarai Liga Champion dengan format baru tahun 1993 ketika sebelumnya masih disebut European Cups. Hingga saat ini pun, Marseille merupakan klub pertama sekaligus satu-satunya tim asal Prancis yang sukses menjuarai Liga Champion.
Menjelang partai menentukan tiket ke perempat final di Old Trafford, Rabu (16/3), ada dua nama yang menyedot perhatian dari kubu Marseille, yakni Didier Dechamps dan Lucho Gonzalez. Keduanya diyakini sebagai faktor yang bisa memberi kejutan di Theatre of Dreams.
Dalam usia 24 tahun, Deschamps adalah kapten tim termuda dalam sejarah Liga Champion ketika memimpin Marseille jadi juara pada tahun 1993. Gelar keduanya ia raih bersama Juventus tahun 1996.
Mental pemenang Deschamps inilah yang mendorong Marseille memboyong lelaki kelahiran Bayonne 42 tahun lalu ini ke Les Phoccens pada musim panas 2009. Hasilnya terbukti jitu, di musim pertamanya menangani Marseille, Deschamps langsung mempersembahkan titel juara Ligue 1 sekaligus mengakhiri paceklik gelar Marseille selama 18 tahun.
Deschamps memang kunci kebangkitan Marseille. Tapi tangan dingin Deschamps tak bisa dilepaskan dari peran gelandang komplet Lucho Gonzalez. 'Lucho seorang pemain kelas dunia. Sudah cukup lama Ligue 1 tak memiliki pemain sekalibernya,' puji Deschamps.
Lucho, yang diboyong dari Porto seharga 18 juta euro, memang pembelian pertama dan prioritas Deschamps di awal tugasnya sebagai pelatih Marseille. Bagi Deschamps, Lucho dianggap bisa mewakili sebagian inspirasinya akan seorang jenderal lapangan tengah seperti sosok Chris Waddle, Enzo Francescoli, dan Dragan Stojkovic, yang menerangi kejayaan Marseille di akhir tahun 1980-an hingga awal 1990-an.
Awal karir Lucho bersama Marseille sempat tidak berjalan mulus. Baru sebulan bergabung, cedera patah tulang leher menimpa pemain berjuluk El Comandante ini ketika beruji coba dengan Saint Ettiene di pramusim.
Pulih dari cedera, Lucho perlu bekerja keras menemukan ritme permainannya. Namun, secara perlahan pemain yang terakhir mengenakan kostum Tim Tango Argentina di Copa Amerika 2007 ini kembali ke performa terbaiknya.
Sejak saat itu, rekan-rekan setimnya paham, jika mereka berlari membuka ruang dan meminta bola, umpan terarah Lucho akan segera menghampiri posisi di mana mereka berada.
Selain itu, Lucho juga menjadi spesialis eksekutor bola-bola mati bagi Marseille. El Comandante ini andal mengkonversi tendangan bebas menjadi gol atau mengubah sepak pojok menjadi assist bagi rekan-rekannya.
Terbukti diakhir musim lalu, Lucho adalah yang terbaik untuk urusan umpan akurat di Ligue 1 dengan 11 assist.
Untuk produktivitas gol, Lucho mengemas lima gol di Ligue 1 dan dua gol di Liga Champion musim 2009/10. Kini di musim yang berjalan, Lucho makin subur dengan torehan tujuh gol di Ligue 1 serta dua gol di Liga Champion.
'Untuk mencetak gol dari set-piece, anda membutuhkan dua hal. Seorang pemain yang mampu menyuplai bola dengan akurat dan pemain besar serta kuat untuk menyambut umpan tersebut serta mengakhirinya sebagai gol,' ungkap Deschamps, yang memboyong Souleymane Diawara dari Bordeaux dan Stephane Mbia dari Rennes sebagai penyempurna umpan Lucho.
Jadi, Manchester United wajib waspada dengan set-pieces bola mati Marseille. Terbukti, 32 dari 65 gol Marseille musim lalu atau 49% berasal dari set-peaces. Inilah presentase tertinggi di antara klub-klub di lima liga terbesar Eropa.
Baca: Prediksi Skor Pertandingan Manchester United vs Marseille.
Menjelang partai menentukan tiket ke perempat final di Old Trafford, Rabu (16/3), ada dua nama yang menyedot perhatian dari kubu Marseille, yakni Didier Dechamps dan Lucho Gonzalez. Keduanya diyakini sebagai faktor yang bisa memberi kejutan di Theatre of Dreams.
Dalam usia 24 tahun, Deschamps adalah kapten tim termuda dalam sejarah Liga Champion ketika memimpin Marseille jadi juara pada tahun 1993. Gelar keduanya ia raih bersama Juventus tahun 1996.
Mental pemenang Deschamps inilah yang mendorong Marseille memboyong lelaki kelahiran Bayonne 42 tahun lalu ini ke Les Phoccens pada musim panas 2009. Hasilnya terbukti jitu, di musim pertamanya menangani Marseille, Deschamps langsung mempersembahkan titel juara Ligue 1 sekaligus mengakhiri paceklik gelar Marseille selama 18 tahun.
Deschamps memang kunci kebangkitan Marseille. Tapi tangan dingin Deschamps tak bisa dilepaskan dari peran gelandang komplet Lucho Gonzalez. 'Lucho seorang pemain kelas dunia. Sudah cukup lama Ligue 1 tak memiliki pemain sekalibernya,' puji Deschamps.
Lucho, yang diboyong dari Porto seharga 18 juta euro, memang pembelian pertama dan prioritas Deschamps di awal tugasnya sebagai pelatih Marseille. Bagi Deschamps, Lucho dianggap bisa mewakili sebagian inspirasinya akan seorang jenderal lapangan tengah seperti sosok Chris Waddle, Enzo Francescoli, dan Dragan Stojkovic, yang menerangi kejayaan Marseille di akhir tahun 1980-an hingga awal 1990-an.
Awal karir Lucho bersama Marseille sempat tidak berjalan mulus. Baru sebulan bergabung, cedera patah tulang leher menimpa pemain berjuluk El Comandante ini ketika beruji coba dengan Saint Ettiene di pramusim.
Pulih dari cedera, Lucho perlu bekerja keras menemukan ritme permainannya. Namun, secara perlahan pemain yang terakhir mengenakan kostum Tim Tango Argentina di Copa Amerika 2007 ini kembali ke performa terbaiknya.
Sejak saat itu, rekan-rekan setimnya paham, jika mereka berlari membuka ruang dan meminta bola, umpan terarah Lucho akan segera menghampiri posisi di mana mereka berada.
Selain itu, Lucho juga menjadi spesialis eksekutor bola-bola mati bagi Marseille. El Comandante ini andal mengkonversi tendangan bebas menjadi gol atau mengubah sepak pojok menjadi assist bagi rekan-rekannya.
Terbukti diakhir musim lalu, Lucho adalah yang terbaik untuk urusan umpan akurat di Ligue 1 dengan 11 assist.
Untuk produktivitas gol, Lucho mengemas lima gol di Ligue 1 dan dua gol di Liga Champion musim 2009/10. Kini di musim yang berjalan, Lucho makin subur dengan torehan tujuh gol di Ligue 1 serta dua gol di Liga Champion.
'Untuk mencetak gol dari set-piece, anda membutuhkan dua hal. Seorang pemain yang mampu menyuplai bola dengan akurat dan pemain besar serta kuat untuk menyambut umpan tersebut serta mengakhirinya sebagai gol,' ungkap Deschamps, yang memboyong Souleymane Diawara dari Bordeaux dan Stephane Mbia dari Rennes sebagai penyempurna umpan Lucho.
Jadi, Manchester United wajib waspada dengan set-pieces bola mati Marseille. Terbukti, 32 dari 65 gol Marseille musim lalu atau 49% berasal dari set-peaces. Inilah presentase tertinggi di antara klub-klub di lima liga terbesar Eropa.
Baca: Prediksi Skor Pertandingan Manchester United vs Marseille.
0 komentar:
Posting Komentar