Oleh M .jono AG
=================
Ada yang menarik ketika salah satu sahabatku di Bogor dalam
status Facebook-nya menulis "Menapaki jalan kenangan bersama suami, ya
Allah berikanlah saya kekuatan untuk terus bisa mendampinginya ...."
Komentar dari 'jamaah facebookiyah' begitu kami sering menyebutnya langsung beragam. Maklum tulisan itu di-release
pada Sabtu malam. Ada yang komentar: "ayo lanjut...". Ada lagi yang
komentar: "selamat bermalam mingguan..." Ada juga yang sambil bercanda:
"wuiih kayak anak muda aja?!"
Akupun tersenyum membaca komentar mereka. Memang benar dari sisi usia
sahabatku sudah tidak lagi muda. Justru diusia yang sudah mapan kata
orang, usia 40 tahun yang menurut Imam Ghozali sebagai usia penentu
seseorang akan seperti apa nantinya.
Dan harusnya juga diusia itu kita harus semakin mendekat diri
kepada-Nya. Tetapi yang membuat aku kagum justru semangatnya. Semangat
untuk merawat cintanya kepada suami dan anak-anaknya.
Terinspirasi dari status Facebook tersebut fikiranku semakin terbang
melayang. Aku bayangkan kalau orang–orang yang sudah paruh baya itu
begitu intens merawat cintanya.
Bahkan akupun sering geli kalau ada yang
malu–malu menunjukkan kemesraan antara suami dan istri karena malu
dengan usia dan anak-anaknya. Adakah yang aneh?
Dengan kondisi zaman serba boleh ditunjang dengan kemudahan kita
mengakses informasi saat ini membuat anak–anak kita mudah terjerumus
kepada hal-hal yang dilarang. Coba kita lihat di sekeliling kita. Kalau
malam minggu beribu pasangan anak-anak muda yang berboncengan dengan
mesra bahkan menurut beberapa orang temanku kelihatan jauh lebih mesra
dibanding suami istri.
Mereka tidak pernah merasa cangggung (maaf) berboncengan sambil
berpelukan. Sesuatu yang sangat dilarang dalam Islam karena mereka belum
diikat dengan pernikahan. Di sisi lain saudara–saudara kita yang sudah
menikah justru malu kalau dilihat mesra, padahal halal. Apalagi kalau
usia perkawinan mereka sudah memasuki usia belasan tahun.
Coba kita perhatikan ditempat-tempat rekreasi, penuh isinya dengan
pasangan muda-mudi. Kita terlalu sibuk dengan anak-anak dan segala
macamnya sehingga kadang-kadang tidak sempat lagi merawat cinta yang
semakin dimakan usia.
Banyak contoh batapa kita sering kedodoran membagi waktu untuk
keluarga dan anak-anak kita. Hidup pun jadi semakin monoton dan tentu
menyebalkan. Kenapa tidak dicoba resep sahabatku untuk merawat cinta
diusianya yang sudah paruh baya itu, disempatkan sekali waktu untuk
jalan-jalan dengan suami tanpa anak-anak menyusuri jalan kenangan waktu
masih pengantin baru?
Siapapun orangnya tentu kepingin rumah-tangganya langgeng sampai
mereka usia tua. Dan itu butuh perawatan ekstra. Mungkin kita ingat pada
saat pengantin baru semua serba indah. Itu berlangsung sampai kehadiran
bayi mungil yang sangat dinanti-nantikan. Suasana mulai berubah, ada
perhatian yang harus dibagi.
Menginjak anak- anak mulai sekolah terlebih lagi, disamping
memikirkan perkembangan si anak, harus juga dibagi fikiran dan tenaga
kita untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan sekolah. Begitu anak-anak
sudah mulai masuk SLTP apalagi SLTA, disamping kebutuhan sehari–hari
yang semakin membubung, kesempatan untuk merawat cinta semakin
terabaikan dengan alasan klasik yang selalu mengemuka. Malu...!?!
Benarkah sudah tidak ada jalan keluar dari kondisi di atas?
Jawabannya tergantung kita. Kaum perempuan biasanya akan terkesan
apabila mendapatkan hal-hal yang tak terduga. Dan untuk hal seperti itu
tidak mesti perlu biaya mahal. Mari kita simak tulisan sahabatku di
Malang pada saat ulangtahunnya.
dalam diam kupikir kau lupa ....
saat kau pulangpun terdiam ...
dan akupun diam ....
kupikir memang mungkin melupakan ...
aku pura-pura tertidur ...
kau bangunkan dan membuka bungkusan kecil ...
ini untukmu ...
selamat ultah yaaa ...
hiiiikkkkssss... selalu seperti ini caramu mengejutkanku!
Sesuatu yang biasa bisa jadi istimewa ketika dikemas dengan cara yang
istimewa. Kelihatannya sederhana, tapi yakinlah itu sangat besar
manfaat dan pengaruhnya dalam merawar cinta.
Jangan hanya berani menggandeng tangan istri pada saat menghadiri
pernikahan teman saja. Mestinya kita juga berani menghadirkan suasana
yang rileks dan romantis yang terukur dan tidak vulgar dengan
berboncengan menyusuri dan menikmati hamparan padi, atau kembali napak
tilas ke tempat–tempat yang paling disukai pada saat pengantin baru.
Atau dalam perjalanan kerumah mertua tiba–tiba kita belokkan
kendaraan ketempat indah yang belum pernah dilihat istri bisa juga jadi
pilihan.
Atau menekuni hobby yang sempat terbengkalai karena kesibukan. Yang
jelas banyak cara untuk merawat cinta kita terhadap pasangan. Beranikah
anda? Saya tantang anda ...
sumber : eramuslim.com
0 komentar:
Posting Komentar