Secara pribadi atau bahkan mungkin juga banyak yang berpendapat seperti saya. Ketika sebuah kekuatan itu tunggal dan dominan dia akan menjadi arogan dan tak terjamah. Jika menjadi sesuatu yang benar2 bermanfaat bagi khalayak tentu cukup membanggakan. Namun ketika kekuatan itu hanya membodohi dan menjadikan ladang yang subur bagi kepentingan kepentingan pribadi dan wadah untuk mengeruk keuntungan pribadi, sudah selayaknya dan sewajarnya dia dihadirkan kompetitor. Para kompetitor yang TIDAK menggunakan UANG RAKYAT untuk dikeruk dan dibuang begitu saja seperti Kentut.
PSSI sebagai induk Sepak Bola di Indonesia sudah menunjukkan bukti atau indikasi bahwa dia adalah kekuatan yang tak tersentuh. PSSI menjadi ladang bagi para petinggi dan semua yang terlibat didalamnya untuk mengeruk keuntungan finansial bagi kantong mereka. Mereka sama sekali tidak berfikir bagaimana memajukan sepak bola, bagaimana menjadikan olah raga ini menjadi sebuah media untuk membela nama baik bangsa, media hiburan yang bisa membawa keuntungan finansial bagi klub-klub peserta kompetisinya, menjadikan olah raga ini menjadi sebuah industri.
Aturan main yang ada ditubuh PSSI adalah bagaimana keuntungan sesaat para pengelolahnya bisa tercapai hingga mencederai Fair Play, bahkan cenderung “membunuh” klub klub yang tak mampu bersaing dalam kompetisi busuknya. Contoh mudah tentang Un Fairplay mereka. Mereka tak pernah menayangkan ulang gerakan pemain belakang yg dinyatakan offside oleh wasit. Jika ada yang ditayangkan adalah yang benar-benar mutlak offside, namun ketika pertandingan itu berbau pengaturan skor atau harus ada tim yang dimenangkan jangan berharap banyak.
LPI vs ISL
Munculnya LPI dan reaksi keras PSSI menolaknya adalah bukti bahwa mereka ketakutan kehilangan ladang subur mereka. LPI datang ke PSSI untuk menawarkan sebuah format dan sistem kompetisi yang baru dan profesional kepada PSSI. Dan PSSI menolak keras karena takut Kompetisi mereka ISL akan ditinggalkan oleh klub-klub pesertanya. Mereka takut kehilangan ladang permainan mereka. Disitu letak esensinya
Menurut saya, klub-klub sepak bola, khususnya AREMA FC harus mulai berfikir bagaimana klub ini benar-benar profesional didalam menghidupi dirinya dan itu tidak akan didapatkan jika tetap bergabung ISL kecuali ISL mau merombak total sistemnya menjadi lebih baik.
Buat saya bukan hanya LPI saja ,terlepas apapun namanya jika LPI hadir dengan konsep yang benar dan menguntungkan bagi klub. Bukan pembentukan Induk Organisasi baru. PSSI tetap biarkan PSSI karena itulah namanya. Karena wacana yang berkembang belakangan ini terutama sikap para pengurusnya, menjadi agenda wajib juga bahwa PSSI harus diREVOLUSI.
AREMA FC..Kami sebagai orang Malang akan tetap selalu membanggakan kalian dan kesetiaan ini akan semakin terpatri ketika kalian mampu berbenah. Menjadikan diri kalian klub besar yang disegani lawan. Menjadi klub sepakbola yang mampu berbicara dipentas dunia. Dan semua itu tidak bisa lahir dari manajemen yang pas-pas an. Tidak bisa tercipta dgn finansial yang ceker-ceker. Kalian harus temukan “wadah” yang bisa mewujudkan itu dan saat ini bukan ISL tempatmu berdiri.
SALAM SATU JIWA. A R E M A…!!!!
0 komentar:
Posting Komentar